PEMENANG LOMBA ARTIKEL PIM

MENILIK PELUANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Berbicara mengenai potret pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari keterpurukan pendidikan yang ditandai dengan mutu pendidikan yang masih rendah, biaya pendidikan mahal, inkonsistensi kurikulum dan tentunya terbatasnya dana dari pemerintah untuk pendidikan. Dana selalu menjadi isu sentral yang berhubungan dengan terpuruknya pendidikan di Indonesia. Mutu guru yang rendah dihubungkan dengan gaji guru yang kurang memadai, pendidikan mahal dihubungkan dengan kurangnya subsidi pendidikan dan masih banyak lagi hal-hal yang behubungan dengan dana. Sayangnya, pembahasan-pembahasan mengenai masalah pendidikan di Indonesia masih terkonsantrasi pada proses belajar. Bagaimana dengan outputnya?
Seringkali kita lupa akan output pendidikan itu sendiri. Proses pendidikan yang baik tidak selalu menghasilkan output yang baik pula. Banyak lulusan sekolah-sekolah yang bergengsi akhirnya menjadi pengangguran. Begitupun sebaliknya, siswa-siswi yang belajar dalam keterbatasan dan kesederhanaan dapat menjadi orang-orang yang sukses, seperti dalam film Laskar Pelangi. Alih-alih menantikan kucuran dana pemerintah yang tidak selalu bisa diharapkan, konsentrasi kita dapat dialihkan pada penciptaan output pendidikan yang berkualitas tanpa harus melalui bangku sekolah formal. Hal itu tidak semata-mata berhubungan dengan ketersediaan dana yang besar namun lebih pada kreatifitas dan kemauan masing-masing individu.
Banyak anak-anak yang putus sekolah dan pemuda yang menganggur. hal itu mungkin sangat berhubungan dengan kondisi ekonomi mereka yang lemah dihadapkan pada biaya pendidikan yang makin melambung. Namun, hal-hal tersebut tidak lantas menutup pintu kesuksesan mareka. Dunia kerja yang mensyaratkan pendidikan tinggi tidak lantas menutup kesempatan mereka menajdi kaya. Dengan mempunyai skill dan kemauan keras mereka bahkan dapat mempekerjakan para sarjana yang berpendidikan lebih tinggi dari mereka. Kuncinya adalah mempunyai keterampilan dan membangun karakter diri.
Anak-anak yang putus sekolah ataupun pemuda yang pengangguran harusnya mendapatkan pembekalan keterampilan yang memadai agar mereka dapat bekerja dan berwirausaha untuk meningkatkan pendapatan. Dana yang dukucurkan pemerintah dalam sektor usaha kecil dan menengah tidaklah sedikit, namun hal itu belum mendapatkan perhatian khusus dari para aktivis pendidikan. Pemindahan konsentrasi itu dapat menciptakan peluang bagi orang-orang yang tidak dapat menikmati pendidikan formal untuk bisa bersaing di dunia usaha. Maka dari itu, pendidikan luar sekolah perlu dioptimalkan.
Pendidikan luar sekolah umumnya lebih mudah terjangkau dan outputnya lebih siap bekerja ataupun berwirausaha. Dengan konsep pendidikan luar sekolah yang lebih fleksibel mereka yang tidak bisa mengenyam pendidikan formal dapat mengikuti pendidikan luar sekolah pada waktu yang dapat disesuaikan dengan kegiatan lain mereka, misalnya mencari uang untuk membantu perekonomian keluarga. Selain itu, mereka tidah harus memakai seragam dan membeli berbagai buku penunjuang yang relatif mahal.
Pembangunan karakter dapat dilakukan dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan yang terpenting dari dalam diri sendiri. Mereka yang putus sekolah dan pengangguran memerlukan motivasi tinggi dan kepercayaan diri bahwa mereka pun dapat menjadi sukses. Maka dari itu, pendidikan luar sekolah hendaknya tidak hanya membekali katerampilan tapi juga senantiasa memberikan motivasi bagi mereka dalam rangka pembangunan karakter.
Kualitas sumber daya manusia tidak selalu bergantung pada tingginya pendidikan yang ditempuh. Mengingat pendidikan di Indonesia relatif mahal, maka perlu ada terobosan dan alterantif dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia tanpa mensyaratkan pendidikan tinggi yaitu dengan mengoptimalkan peran pendidikan luar sekolah dan pembangunan karakter bagi mereka yang tidak dapat menikmati pendidikan agar dapat menjadi orang-orang yang sukses.


ATIN KURNIAWATI / K2208026 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

0 Response to "PEMENANG LOMBA ARTIKEL PIM"

Posting Komentar