IN MEMORIAM, SEPTI KUNTARI…


Hanya kebaikan-kebaikan yang kau tinggalkan untuk kami. Semangat tak kenal lelahmu dalam menjalankan tugas. Keceriaan yang selalu menghiasi hari-hari kami. Meski saat itu kau sudah menahan sakit sekian lama, tapi kau sungguh pintar untuk membuatnya seakan tak berarti. Bahkan kau masih bisa membakar semangat kami, orang-orang yang ibaratnya lebih bisa tegak berdiri.
Belum banyak yang kita lakukan bersama. Kami sungguh kami sudah merasa dekat dan cinta dengan kekeluargaan ini. Meski kita terpisah lama, tak ada yang kau kirimkan kepada kami selain nasehat-nasehat yang baik. Ada ruangan di sini yang kosong semenjak kau pergi dan ternyata ruangan itu takkan pernah terisi lagi dengan ragamu yang selalu kami rindukan. Tapi percayalah, jiwamu akan tetap hidup di dalam hati kami. Kakak, yang tanpa bertatap mampu menyemangati kami di setiap langkah.
Kami yakin, Allah lebih menyanyangimu, hingga dia tidak rela kau berlama-lama di dunia yang fana ini. Sakitmu adalah penggugur dosa-dosamu. Dan surga telah memanggil-manggil namamu tiap pagi dan petang.
Saudariku, terima kasih........
Selamat jalan......

MEDIA HARUS PROFESIONAL

Sepak terjang media dalam memberika kritikan-kritikan yang membangun bagi pihak-pihka yang dirasa perlu untuk ’disentil’ tidak bisa selalu diterima begitu saja. Idelisme media yang diagung-agungkan harus bisa dipertanggungjawabkan. Dalam hubungannya dengan pemebritaan erhadap pihka-pihak yang terkait, media harus bisa bekerja secara profesional. Profesional berarti media harus sungguh-sungguh dalam menguak informasi-informasi yang kepada pihak-pihak yang BERKOMPETEN. Media tidak bisa hanya menyajikan berita yang asal laku atau asal bisa menjadi perhatian publik dengan mengadakan-adakan asumsi-asumsi terhadap keburukan, yang sayangnya sekarang lebih senang dinikmati oleh masyarakat kita.
Dalam melakukan pemeberiataan agar berkualitas, narasumber yang dijadikan referensi haruslah yang benar-benar tahu mengenai suatu permasalahan agar jelas duduk perkaranya. Apabila media meferensi pada orang yang salah maka data yang didapat pantas dipertanyakan kevalidannya. Lalu, dimana letak keprofesionalitasannya?
Wartawan juga harus profesional dalam mengambil kesimpulan. Jangan sampai wartawan yang hanya melihat pada satu sisi saja, namun dari berbagai sudut pandang tanpa harus meninggalkan idealitasnya.
Media sebagai pewacana di masyarakat bisa dengan mudah menjatuhkan atau menganggkat citra suatu figur atau lembaga dengan pemberitannya. Namun, perlu diingat, masyarakat kita sekarang sudah lebih cerdas dan dapat membedakan berita-berita yang bermutu dan mengada-ada. Media harus lebih berhati-hati dan profesional agar citranya tidak anjlok.