Sepak terjang media dalam memberika kritikan-kritikan yang membangun bagi pihak-pihka yang dirasa perlu untuk ’disentil’ tidak bisa selalu diterima begitu saja. Idelisme media yang diagung-agungkan harus bisa dipertanggungjawabkan. Dalam hubungannya dengan pemebritaan erhadap pihka-pihak yang terkait, media harus bisa bekerja secara profesional. Profesional berarti media harus sungguh-sungguh dalam menguak informasi-informasi yang kepada pihak-pihak yang BERKOMPETEN. Media tidak bisa hanya menyajikan berita yang asal laku atau asal bisa menjadi perhatian publik dengan mengadakan-adakan asumsi-asumsi terhadap keburukan, yang sayangnya sekarang lebih senang dinikmati oleh masyarakat kita.
Dalam melakukan pemeberiataan agar berkualitas, narasumber yang dijadikan referensi haruslah yang benar-benar tahu mengenai suatu permasalahan agar jelas duduk perkaranya. Apabila media meferensi pada orang yang salah maka data yang didapat pantas dipertanyakan kevalidannya. Lalu, dimana letak keprofesionalitasannya?
Wartawan juga harus profesional dalam mengambil kesimpulan. Jangan sampai wartawan yang hanya melihat pada satu sisi saja, namun dari berbagai sudut pandang tanpa harus meninggalkan idealitasnya.
Media sebagai pewacana di masyarakat bisa dengan mudah menjatuhkan atau menganggkat citra suatu figur atau lembaga dengan pemberitannya. Namun, perlu diingat, masyarakat kita sekarang sudah lebih cerdas dan dapat membedakan berita-berita yang bermutu dan mengada-ada. Media harus lebih berhati-hati dan profesional agar citranya tidak anjlok.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "MEDIA HARUS PROFESIONAL"
Posting Komentar