Saatnya Pendidikan Tak Sekedar Memberikan Wawasan Intelektual

Oleh : Wachid Yahya, presiden BEM FKIP Kabinet Berkarya
Tantangan pendidikan dewasa ini untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan tangguh semakin berat. Pendidikan tidak cukup hanya terhenti pada memberikan pengetahuan yang paling mutakhir, namun juga harus mampu membentuk dan membangun system keyakinan dan karakter kuat setia peserta didik sehingga mampu mengembangkan potensi diri dan menemukan tujuan hidupnya. Seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan nasional Indonesia haruslah dapat membentuk anak didik seutuhnya menjadi pribadi yang “ merdeka jiwanya “, “merdeka pikirannya” dan “merdeka tindakannya”.
Menurut Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Di sisi lain Slamet Imam S. (1981) dalam Pembinaan Watak Tugas Utama Pendidikan mengemukakan bahwa tujuan tipe pendidikan yang murni adalah menyusun harga diri yang kukuh-kuat dalam jiwa pelajar, supaya kelak mereka dapat bertahan dalam masyarakat. Di bagian lain pula disebutkan bahwa pendidikan bertugas mengembangkan potensi individu semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya, sehingga terbentuk manusia yang pandai, terampil, jujur, tahu kemampuan dan batas kemampuannya, serta mempunyai watak kehormatan diri. Dengan demikian, pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan.
Dalam kenyataan saat ini pun masih ditemui sejumlah kasus yang menunjukkan mutu pendidikan Indonesia yang masih rendah dalam segi pembentukan moral. Secara umum dalam bidang teknologi serta intelektualitas terus mengalami peningkatan. Namun, seperti berkebalikan dalam segi pembentukan karakter kepribadian bangsa Indonesia yang santun terkikis dengan adanya pembaharuan dalam dunia pendidikan. Contoh kasus ; adanya tindakan amoral yang dilakukan oleh pendidik, kasus tawuran yang dilakukan antar pelajar, kasus narkoba serta pergaulan bebas yang marak di kalangan pelajar. Kita tidak akan pernah bisa menutup mata akan hal ini. Tugas kita sekarang adalah bagaimana mengusahakan agar pendidikan tidak hanya sekedar kegiatan untuk berbagi ilmu tetapi juga menanamkan nilai- nilai kepribadian bangsa (character and nation building).
Prof. Dr. M. Furqon H. (2009) menjelaskan tentang tujuan dari mengajar dan mendidik pada hakikatnya adalah ; meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan, menumbuhkan / menanamkan kecerdasan emosi dan spiritual yang mewarnai aktivitas hidupnya, menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran, menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur dalam aktivitas hidupnya dan memahami manfaat dari keterlibatannya, menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang dengan aktivitas belajar, menumbuhkan pola hidup sehat dan pemeliharaan kebugaran jasmani.
Pembangunan dalam bidang pendidikan tidak hanya terbatas pada transfer ilmu pengetahuan (intelektualitas) tetapi juga pada pembentukan generasi penerus bangsa yang memiliki moral yang baik. Pendidikan merupakan pilihan strategis untuk melakukan proses perubahan sosial menuju masyarakat yang cerdas, beradab, adil, makmur dan sejahtera. Pendidikan berfungsi membentuk watak peradaban sebuah bangsa yang beradab dan bermartabat. Menjadikan pendidikan sebagai agenda utama kebijakan pemerintah adalah pilihan stategis untuk menghadapi tantangan arus peradaban informasi.
Yusuf al-Qardlawi mengatakan peradaban adalah akumulasi fenomena kemajuan materi, keilmuan, seni, sastra, dan sosial pada suatu kelompok masyarakat, atau pada beberapa masyarakat yang mempunyai kesamaan. Masyarakat Indonensia adalah masyarakat yang majemuk namun mempunyai kesamaan yaitu bangsa dan Negara yang berKetuhanan Yang Maha Esa. Falsafah peradaban bangsa Indonesia mengandung unsur-unsur transendensi sebagai nilai-nilai bangsa yang berbudaya dan beradab., bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dan untuk membangun peradaban bangsa yang beradab diperlukan entitas sosial yang terdidik sebagai subyek perubahannya. Menurut Elias, dkk. (dalam Ciarrochi, dkk., 2001) menyebutkan bahwa manusia yang terdidik adalah mereka yang berilmu pengetahuan (knowledgeable), bertanggung jawab (responsible), penyayang (caring) dan tidak kasar (nonviolent).
Aktivitas intelektualisme merupakan titik awal membangun peradaban. Partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan masyarakatnya yang peduli dan mempunyai keberpihakan mengawal agenda pendidikan dan pembelajaran di Indonesia baik di lingkungan formal, informal maupun non formal dapat mendorong dan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan masyarakat yang terdidik. Cita-cita dan harapan mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara adalah merupakan tanggung jawab bersama. Kebijakan pemerintah terhadap masa depan pendidikan nasional dan memprioritaskanya sebagai agenda utama tentu akan sangat menentukan untuk perubahan dan kemajuan bangsa. Dan generasi muda adalah aktor utama atau subyek perubahan. Mempersiapkan kaum muda sebagai entitas sosial yang terdidik dan terpelajar adalah merupakan representasi masyarakat yang berilmu pengetahuan. Sebagai investasi dan asset masa depan bangsa, generasi muda perlu juga dibekali kekuatan moralitas untuk menjaga nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan sehingga tidak mudah terbawa arus kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan mainstream masyarakat Indonesia yang religius.

0 Response to "Saatnya Pendidikan Tak Sekedar Memberikan Wawasan Intelektual"

Posting Komentar