SNMPTN adalah saringan masuk perguruan tinggi negeri. Seperti kita tahu, dapat melanjutkan pendidikan perguruan tinggi yang berkualitas tentunya menambah jaminan masa depan anda maupun putra anda. Perguruan Tinggi Favorit ataupun Fakultas Favorit menjajikan lapangan kerja yang dapat mendatangkan pekerjaan dengan gaji tinggi. Sebut saja Fakultas Kedokteran Umum, Fakultas Perminyakan, Fakultas Bisnis dan Manajemen, Fakultas Akuntansi, ataupu Fakultas Hubungan Internasional.
Untuk menembus fakultas-fakultas favorit di perguruan tinggi negeri yang cukup ternama tidaklah mudah. Kita harus bersaing dengan puluhan ribu orang dari seluruh Indonesia dalam SNMPTN. Tahun lalu saja, kursi fakultas kedokteran UGM diperebutkan oleh lebih dari 13.000 calon mahasiswa, padahal daya tampungnya hanya sekitar 100 orang. Untuk menghadi kerasnya persaingan SNM PTN, maka kita harus mempersiapkan diri dengan baik. Berikut tips menghadapi SNMPTN :
1. Buat jadwal belajar SNMPTN yang teratur, lalu tepatilah
2. Ikutlah bimbingan belajar yang menyediakan fasilitas intensif SNMPTN
3. Ikutlah try out SNMPTN
4. Belajarlah dari soal SNMPTN tahun-tahun sebelumnya
5. Download soal-soal SNMPTN/ Download soal UMPTN dari internet
6. Banyalah belajar dan berdoa.
Dengan langkah-langkah di atas, mimpi untuk dapat duduk di salah satu fakultas Favorit perguruan Tinggi Negeri bukanlah suatu impian semu. Usaha keras kita akan terbayar tatkala kita menyaksikan nomor ujian kita di pengumuman hasil SNMPTN
Semarak Hari Pendidikan Nasional hendaknya memang dipeingati dengan hal-hal yang positif. Seperti yang dilakukan oleh Departemen Dalam Negeri BEM FKIP UNS dengan mengadakan pemilihan DUTA FKIP yang pada tahun ini bertajuk ”Dewantara-Dewantari” Acara ini merupakan sebuah kompetisi untuk menggali potensi-potensi mahasiswa FKIP. Rangkaian acara Dewantara-Dewantari dimulai sejak pendaftaran peserta pertengahan April lalu, 25 peserta dari seluruh FKIP harus melewati beberapa tahap penilaian yaitu tes tertulis (23 April 2010), presentasi karya tulis (25 April 2010). Sepuluh peserta terbaik melangkah ke babak selanjutnya yaitu microteaching (1 Mei 2010). Akhirnya terpilihlah enam peserta untuk maju ke babak final yang diadakan pada 8 Mei 2010 lalu, mereka adalah Yuli Ardika Prihatama (Fisika 08), Mufid Habibi (Fisika 08), Dimas Teguh S (PGSD 08), sedangkan finalis putri ketiganya berasal dari Pendidikan Bahasa Inggris, yaitu Siti Fathonah W, Atin Kurniawati, dan Kalis Mardi Asih. Di babak final, keenam peserta menampilkan bakat dan menjawab pertanyaan dari dewan juri. Mendongeng, olah vokal, tanggap wacana basa jawi, english speech, sampai deklamasi puisi ala WS Rendra ditampilkan dalam penampilan bakat. Dewan juri yang terdiri dari Bapak Yant (dosen pendidikan bastind) dan mawapres beda generasi, Anto Suryo Pribadi dan Hasan Zainuri, akhirnya menetapkan Dewantara-Dewantari FKIP yaitu Yuli Ardika Prihatama (Fisika 08) dan Siti Fathonah Wijayanti (English 08). Kami ucapkan selamat kepada para pemenang dan selamat menjalankan tugas sebagai DUTA FKIP 2010.(red)
Oleh : Wachid Yahya, presiden BEM FKIP Kabinet Berkarya
Tantangan pendidikan dewasa ini untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan tangguh semakin berat. Pendidikan tidak cukup hanya terhenti pada memberikan pengetahuan yang paling mutakhir, namun juga harus mampu membentuk dan membangun system keyakinan dan karakter kuat setia peserta didik sehingga mampu mengembangkan potensi diri dan menemukan tujuan hidupnya. Seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan nasional Indonesia haruslah dapat membentuk anak didik seutuhnya menjadi pribadi yang “ merdeka jiwanya “, “merdeka pikirannya” dan “merdeka tindakannya”.
Menurut Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Di sisi lain Slamet Imam S. (1981) dalam Pembinaan Watak Tugas Utama Pendidikan mengemukakan bahwa tujuan tipe pendidikan yang murni adalah menyusun harga diri yang kukuh-kuat dalam jiwa pelajar, supaya kelak mereka dapat bertahan dalam masyarakat. Di bagian lain pula disebutkan bahwa pendidikan bertugas mengembangkan potensi individu semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya, sehingga terbentuk manusia yang pandai, terampil, jujur, tahu kemampuan dan batas kemampuannya, serta mempunyai watak kehormatan diri. Dengan demikian, pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan.
Dalam kenyataan saat ini pun masih ditemui sejumlah kasus yang menunjukkan mutu pendidikan Indonesia yang masih rendah dalam segi pembentukan moral. Secara umum dalam bidang teknologi serta intelektualitas terus mengalami peningkatan. Namun, seperti berkebalikan dalam segi pembentukan karakter kepribadian bangsa Indonesia yang santun terkikis dengan adanya pembaharuan dalam dunia pendidikan. Contoh kasus ; adanya tindakan amoral yang dilakukan oleh pendidik, kasus tawuran yang dilakukan antar pelajar, kasus narkoba serta pergaulan bebas yang marak di kalangan pelajar. Kita tidak akan pernah bisa menutup mata akan hal ini. Tugas kita sekarang adalah bagaimana mengusahakan agar pendidikan tidak hanya sekedar kegiatan untuk berbagi ilmu tetapi juga menanamkan nilai- nilai kepribadian bangsa (character and nation building).
Prof. Dr. M. Furqon H. (2009) menjelaskan tentang tujuan dari mengajar dan mendidik pada hakikatnya adalah ; meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan, menumbuhkan / menanamkan kecerdasan emosi dan spiritual yang mewarnai aktivitas hidupnya, menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran, menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur dalam aktivitas hidupnya dan memahami manfaat dari keterlibatannya, menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang dengan aktivitas belajar, menumbuhkan pola hidup sehat dan pemeliharaan kebugaran jasmani.
Pembangunan dalam bidang pendidikan tidak hanya terbatas pada transfer ilmu pengetahuan (intelektualitas) tetapi juga pada pembentukan generasi penerus bangsa yang memiliki moral yang baik. Pendidikan merupakan pilihan strategis untuk melakukan proses perubahan sosial menuju masyarakat yang cerdas, beradab, adil, makmur dan sejahtera. Pendidikan berfungsi membentuk watak peradaban sebuah bangsa yang beradab dan bermartabat. Menjadikan pendidikan sebagai agenda utama kebijakan pemerintah adalah pilihan stategis untuk menghadapi tantangan arus peradaban informasi.
Yusuf al-Qardlawi mengatakan peradaban adalah akumulasi fenomena kemajuan materi, keilmuan, seni, sastra, dan sosial pada suatu kelompok masyarakat, atau pada beberapa masyarakat yang mempunyai kesamaan. Masyarakat Indonensia adalah masyarakat yang majemuk namun mempunyai kesamaan yaitu bangsa dan Negara yang berKetuhanan Yang Maha Esa. Falsafah peradaban bangsa Indonesia mengandung unsur-unsur transendensi sebagai nilai-nilai bangsa yang berbudaya dan beradab., bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dan untuk membangun peradaban bangsa yang beradab diperlukan entitas sosial yang terdidik sebagai subyek perubahannya. Menurut Elias, dkk. (dalam Ciarrochi, dkk., 2001) menyebutkan bahwa manusia yang terdidik adalah mereka yang berilmu pengetahuan (knowledgeable), bertanggung jawab (responsible), penyayang (caring) dan tidak kasar (nonviolent).
Aktivitas intelektualisme merupakan titik awal membangun peradaban. Partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan masyarakatnya yang peduli dan mempunyai keberpihakan mengawal agenda pendidikan dan pembelajaran di Indonesia baik di lingkungan formal, informal maupun non formal dapat mendorong dan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan masyarakat yang terdidik. Cita-cita dan harapan mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara adalah merupakan tanggung jawab bersama. Kebijakan pemerintah terhadap masa depan pendidikan nasional dan memprioritaskanya sebagai agenda utama tentu akan sangat menentukan untuk perubahan dan kemajuan bangsa. Dan generasi muda adalah aktor utama atau subyek perubahan. Mempersiapkan kaum muda sebagai entitas sosial yang terdidik dan terpelajar adalah merupakan representasi masyarakat yang berilmu pengetahuan. Sebagai investasi dan asset masa depan bangsa, generasi muda perlu juga dibekali kekuatan moralitas untuk menjaga nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan sehingga tidak mudah terbawa arus kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan mainstream masyarakat Indonesia yang religius.